Ciptakan Lingkungan Hijau Di Rumah

by - 23.00


Siapa yang tidak ingin hidup dalam lingkungan yang segar, nyaman dan sehat? Tentu saja semua orang mengidamkan hunian ideal yang nyaman dan mampu meningkatkan kualitas hidup penghuninya. Turut berkontribusi menciptakan lingkungan yang ramah dapat Anda mulai dari lingkungan terdekat, rumah. Lebih dari delapan puluh persen aktivitas yang dilakukan manusia merupakan indoor activity. Maka dibutuhkan kesadaran menyeluruh tentang kesehatan dan ke-”hijau”-an bangunan. Kalau bukan kita yang mulai menghijaukan rumahsendiri, siapa lagi?

“Green itu bukan langgam arsitektur, melainkan arsitektur itu sendiri,” ucap Naning SA Adiwoso, Chairperson Green Building Council Indonesia (GBCI). Memulai kehidupan yang sehat bukan lagi menjadi pilihan, melainkan sebuah keharusan. Istilah green sudah awam digunakan sekarang ini, bukan cuma bermakna “hijau” atau “menanam pohon”, green dalam representasi lebih mendalam terdiri dari dua komponen utama, bersih dan sehat.

“Melestarikan bumi tak melulu hanya melalui penanaman pohon semata, tetapi lebih kepada penerapan perilaku hijau. Yaitu perilaku yang menunjukkan bagaimana memanfaatkan sumber daya secara hemat. Baik untuk bahan bangunan, air dan energi serta bagaimana mengelola sampah yang dihasilkan,” jelas Naning. Dengan menerapkan kehidupan yang bersih dan sehat, kualitas kehidupan dan pelestarian lingkungan akan dapat tercipta dengan konsisten.

Dibutuhkan kesaadaran semua pihak untuk turut menggalakkan lingkungan hijau yang menyehatkan. Mulai dari produsen yang mengambil, mengolah dan menyalurkan produk dengan asas zero round off. Penjual yang memahami pentingnya menjual produk berkualitas yang aman untuk semua dan konsumen yang berani mengambil langkah besar dalam melestarikan lingkungan dengan menggunakan produk yang recycled, hemat dan aman.

Menjadi salah satu dari penyumbang karbon terbesar, bangunan (building) belum menjadi prioritas dalam penciptaan lingkungan yang hijau. MicroClimate merupakan penciptaan cuaca lingkungan dalam skala kecil yang mencakup bangunan dan lingkungan di sekitarnya. Menggunakan produk yang diproduksi di dalam kota, menggunakan semen istan yang lebih bersih dan hemat buangan. Keramik dengan teknologi nano finished yang empat kali lebih hemat air daripada keramik biasa. Menggunakan cat yang terbuat dari air (water based) dan penerapan passive solar design adalah beberapa hal yang dapat dilakukan. Penciptaan microclimate sejak proses konstruksi akan melahirkan lingkungan yang lebih hijau.

Konsepsi microclimate dalam sebuah bangunan dapat diterjemahkan dengan less space, less waste dan non-toxic. Mencipatakan ecological balance bukan hanya dapat dimulai dengan penerapan reuse, recycle dan reduce. GBCI sebagai sebuah lembaga nirlaba yang sangat concern terhadap pengaplikasian banguan hijau di Indonesia telah memiliki rating tools untuk tiga tipe bangunan. Existed building, New Building dan Interior Space. Terdapat enam kategori menuju bangunan Hijau, Penataan dan penggunaan bahan yang berkelanjutan, penghematan & diversifikasi sumber daya energi, konservasi sumber daya air, pemilihan material, peningkatan kesehatan dan kenyamanan serta pengelolaan sistem bangunan yang berkelanjutan.

“Untuk menciptakan ini semua, terdapat lifecycle yang dimulai dari green architect, green contractor, green community green building sampai pada green planet,” tandas Naning.



Sumber : Berbagai Sumber

You May Also Like

0 komentar